Sunday, December 10, 2006

A Product that Was Called Human: A Boy Named Roy...

“I want to gow stronger… and even more stronger… stronger than anyone… So, I could protect everybody with my power… Thus, I will break my limitations and move forward… To my dreams… I believe that unlimited power sleeps inside my heart… All I need is realize… and believe in my own heart… I will run faster than the wind and reach higher than the sky… I’ll break the wall that block my way and destroy my own weak self… Someday, I’ll become stronger… And I would gladly give my power, my mind and my life for the sake of this world… So, I could see everybody’s smile… Smiles that make me smile…”
-…Suara Hati Roy -



Roy …
Seorang anak laki-laki yang hidup di zaman “Dark Age of the World”, di mana dunia terus dilanda kekacauan di awal abad ke-21. Terorisme, bencana alam, perang dan kekacauan lainnya mewarnai dunia. Roy bertekad untuk menyumbangkan sesuatu bagi dunia ini. Membuktikan keberadaan dan kegunaannya sebagai produk. Produk paling mulia yang diciptakan Tuhan. Produk yang disebut MANUSIA. Roy bercita-cita menjadi produk yang terbaik dan berguna bagi semua orang dalam sebuah pasar yang disebut KEHIDUPAN.

Kehidupannya selalu diwarnai dengan kejadian yang bermacam-macam. Kejadian yang terus membuatnya berkembang. Menjadi lebih baik. Menjadi lebih dewasa. Dan menjadi lebih kuat. Selangkah lebih dekat menuju semua impiannya. Menuju masa depannya.

Bagaimanakah kisahnya sebagai produk yang disebut manusia dari sejak dia lahir hingga saat ini, di mana dia sedang menulis cerita ini? Perkembangan apa saja yang telah terjadi dalam dirinya selama hidupnya hingga saat ini? Apa saja yang ingin dicapainya sebagai produk yang disebut manusia?
Inilah ceritanya…

Roy dilahirkan pada tanggal 12 Januari 1989 di Jakarta dengan nama Bagus Arya Wirapati. Dia lahir dengan berat 4.8 kg. Pernah diceritakan bahwa pada saat dia lahir, tubuhnya banyak dipenuhi rambut dan tangannya lebih panjang dari kakinya. Melihat itu, dokternya pun berkata,”benar-benar mirip Gajah Mada.” Apakah itu berarti Roy akan meraih kejayaan seperti yang pernah diraih Gajah Mada di zaman dahulu kala? Tak ada yang pernah tahu. Tak ada yang pernah tahu apa yang terjadi di masa depan.

Pernahkah kau mendengar kenapa anak yang bernama Bagus Arya Wirapati bisa dipanggil dengan nama Roy? Mungkin belum. Inilah sejarahnya. Dari nama Bagus Arya Wirapati, kita ambil nama Aryanya saja. Sebagai orang Jawa, nama Arya akan dibaca Aryo. Kemudian kita hilangkan huruf A dan balik huruf Y dengan huruf O. Apa jadinya??? R-O-Y. ROY!!!

Kedua orang tuanya berasal dari ras Jawa. Ayahnya yang bernama Bambang Sugianto Sumohardjono berasal dari kota Magelang dan saat ini adalah pensiunan dari Bank Indonesia. Ibunya yang bernama Rini Yuni Astuti berasal dari Yogyakarta dan saat ini bekerja sebagai karyawan di ABN Amro Bank.

Roy memiliki dua orang kakak. Kakak pertamanya bernama Shang Ayu Diah Kusumawardhani, biasa dipanggil Gorie-Dhani, adalah alumni FEUI dari Departemen Akuntansi angkatan 2000 dan saat ini bekerja sebagai karyawan di Development Bank of Singapore. Kakak keduanya bernama Shang Ayu Diah Inkarani, biasa dipanggil Inka, adalah alumni FIBUI D3 Sastra Cina dan saat ini bekerja di sebuah koran berbahasa Mandarin bernama Shang Bao sambil berkuliah di Extension FEUI Jurusan Manajemen.

Semasa kecilnya Roy adalah seorang anak yang nakal. Luar biasa nakal. Dia anak yang suka merusak. Banyak barang di rumahnya yang hacur karena kelakuannya. Roy bahkan pernah menusuk punggung kakaknya dengan garpu. Roy juga pernah mengencingi kakaknya. Masih banyak lagi kenakalan yang dilakukan Roy.

Roy bersekolah di TK Kicau sewaktu berumur 4 tahun. Semasanya di TK, Roy dianggap sebagai anak yang pandai. Pada umur 4-5 tahun, dia sudah bisa membaca satu artikel headline koran. Bahkan pada saat teman-temannya masih belajar mengeja, dia sudah meneriakkan satu kalimat penuh karena tidak sabar dengan mengeja yang sangat lama. Kelakuannya itu kadang mengganggu pelajaran. Sehingga, dia disuruh ke perpustakaan untuk belajar sendiri agar tidak mengganggu temannya belajar mengeja. Selain itu, dia sudah bisa membaca 1 sampai 100 dalam bahasa inggris. Karena potensinya itu, kepala sekolah TKnya pernah menyarankan kepada orang tuanya untuk langsung masuk SD. Akan tetapi, tidak diijinkan oleh kedua orang tua.

Akan tetapi, di balik itu semua, Roy adalah anak TK yang sangat nakal. Dia mudah marah. Pernah temannya digigitnya sampai punggung bolong karena dia marah karena terbanting saat bermain-main. Anak itu sampai demam tinggi dan tak mau masuk TK karenanya.

Sewaktu TK Roy menderita asma. Akan tetapi, karena keinginannya untuk sembuh, dia berenang hampir setiap hari minimal satu jam. Karena rutinitasnya berolahraga, akhirnya asmanya sembuh.

Menginjak umur 6 tahun, Roy mulai bersekolah di SD Strada Bhakti Utama. Pada masa inilah Roy mulai menyukai matematika dan menjadikannya sebagai sebuah kegemaran. Dari semua pelajaran di sekolahnya, matetmatikalah yang membuatnya bersemangat. Pada masa ini, Roy mulai kehilangan sifat pemarahnya, walaupun masih tersisa. Dia mulai menjadi pribadi yang menyenangkan. Suka membuat temannya tertawa. Sudah tidak egois seperti sewaktu TK. Selama di SD, Roy tak pernah lepas dari peringkat 3 besar di kelasnya.

Walaupun sifat pemarahnya mulai menghilang. Roy tetap pernah berkelahi dengan temannya. Waktu kelas 4 SD dia pernah berkelahi di dalam kelas pada jam pelajaran sampai gurunya memisahkan mereka berdua. Waktu kelas 6 SD dia pernah berkelahi dengsn seorang temannya di tengah-tengah upacara bendera. Kalau Roy sudah marah, buatnya semua yang di hadapannya adalah musuhnya, tak peduli itu adalah sahabatnya atau musuhnya.

Pada fase inilah Roy mulai mengembangkan kemampuannya berbahasa inggris secara pesat dengan cara yang berbeda dengan teman-temannya. Dia adalah seorang gamer atau pemain game yang handal. Bermain game sudah menjadi rutinitas baginya. Saat bermain game itulah dia mengasah kemampuan berbahasa inggrisnya. Semua game yang dia mainkan berbahasa inggris. Sewaktu ada sebuah pembicaraan di dalam game, dia mempelajari bahasa, grammar, pengucapan dan tense yang digunakan dalam pembicaraannya. Kosa kata yang dipelajarinya pun sangat banyak. Karena itulah pada usia demikian muda, Roy sudah memahami banyak kata-kata sulit dalam bahasa inggris.

Roy akhirnya lulus dari Strada Bhakti Utama dengan Nilai EBTANAS Murni sebesar 43,25 dengan rata-rata 8.6. Di Strada Bhakti Utama dia menjadi ranking 9 dengan nilai NEMnya. Akan tetapi, dia kesal dengan nilainya. Dia sebenarnya ingin menjadi yang terbaik. Tetapi, dia dikalahkan oleh teman-temannya. Hal itu benar-benar membuatnya kesal.

Setelah lulus dari SD Strada Bhakti Utama, Roy bersekolah di SLTP Pangudi Luhur. Di sinilah fase di mana kejiwaannya mulai berkembang dengan pesat. Sifat pemarahnya sudah hilang sama sekali. Dia menyelesaikan masalah dengan teman-temannya dengan kepala dingin, tidak dengan kepalan tinju lagi. Sewaktu kelas 2, Roy pernah dijauhi oleh beberapa temannya. Akan tetapi, setiap kali mereka berseteru, Roy tidak pernah mengeluarkan kata-kata kasar dan kepalan tinju. Dia tetap bersikap bersahabat dengan musuhnya. Walaupun mereka membencinya, Roy tetap mau membantu mereka kalau mereka kesulitan. Hasilnya, suatu hari teman-temannya itu meminta maaf padanya karena telah memperlakukan dia sebagai musuh padahal Roy selalu memperlakukannya sebagai sahabat.

Saat itulah Roy mulai paham sepenuhnya bahwa api bisa dipadamkan dengan air. Kita tidak boleh cepat marah. Kesabaran adalah sesuatu yang esensial dalam hidup. Kemarahan hanyalah membawa kita menuju ke kemarahan yang lain. Dan siklus kemarahan tak akan pernah berakhir sampai kapan pun. ”Anger would only lead us to destruction”, begitulah sebuah filosofi hidup yang pernah dia ciptakan sewaktu SMP.

Pada masa SMP ini, Roy mulai memiliki kemampuan untuk berteman dengan semua orang. Kemampuannya untuk beradaptasi mulai meningkat. Dia bisa bersahabat dengan semua golongan, bekerja sama dengan semua golongan dan berbagi dengan semua golongan. Sebuah kemampuan yang sebetulnya jarang dimiliki orang lain. ”Teammates, whoever they are, even if they’re my enemies, they’re still my brothers in my team”, itulah filosofi hidupnya yang lain.

Kemampuan akademisnya tetap cukup baik. Dia tidak pernah keluar dari jajaran 5 besar di kelasnya. Akan tetapi, pernah ada sebuah kejadian yang membuatnya benar-benar kecewa. Pernah ada sebuah kompetisi matematika yang diadakan untuk wilayah Jakarta dan sekitarnya. Roy yang sangat menyukai matematika tidak terpilih. Dia benar-benar kesal. Dia sangat ingin mengikuti lomba itu, tetapi guru matematikanya tidak memilihnya. Beberapa minggu setelah lomba ada kompetisi matematika nasional yang bebas diikuti semua murid. Langsung saja dia mendaftarkan diri untuk menunjukkan kepada gurunya atas kesalahannya tidak memilihnya mengikuti kompetisi itu. Dan dia membuktikannya. Dari semua murid di sekolah yang mendaftarkan diri, di dalamnya termasuk para peserta lomba matematika sebelumnya, hanya dua yang lolos dari babak penyisihan dan salah satunya adalah dia sendiri. Bahkan dia berhasil mencapai ranking 2 di wilayah penysihan. Gurunya berkata kepadanya,”kenapa waktu itu kamu tidak saya masukan jadi peserta di kompetisi yang sebelumnya, ya?”. Dia benar-benar senang mendengar kata-kata itu. Dia berhasil membuktikan keberadaannya. Walaupun dia tidak berhasil lolos dari semi final, dia bangga karena telah berhasil membuktikan kemampuannya dalam sebuah pelajaran yang sangat disukainya, yaitu matematika.

Dia juga pernah gagal mendapat beasiswa ke Singapur sebanyak dua kali. Tetapi, dia sadar kalau dia memang kurang bersemangat dalam meraih beasiswa itu. Dia kurang berusaha mencapainya. Terlalu mengentengkan ujian untuk beasiswa.

Pada masa SMP ini, Roy semakin gemar bermain game seperti PS2. Tetapi, tidak seperti saat SD, dia bermain hanya game-game seperti Role Playing Game dan Strategy saja. Seperti biasa, bermain game adalah metodenya untuk mengasah dirinya sendiri. Dia bermain RPG agar dia bisa belajar bhasa inggris yang lebih rumit dan belajar mengenai kehidupan. Karena game RPG menggambarkan sebuah kehidupan, dia bisa belajar banyak mengenai arti kehidupan dan filosofi hidup. Dia bermain Strategy agar bisa mengasah kemampuan otaknya dan ketajaman berpikir. Dalam bermain game Strategy, Roy belajar menganalisa situasi, merencanakan sebuah strategi dan sabar dalam bertindak. Selain itu, Strategy juga banyak mengajarkan filosofi baginya. Ada sebuah ahli strategi dari Cina bernama Sun Tzu yang membeikan inspirasi baginya dalam bertindak. ”Know yourself and know your enemy... You will win over 1000 battles... Knoe yourself but don’t know your enemy... You will have an equal chance of winning… Don’t know yourself and don’t know your enemy… You will only face defeat in every of your battles…”. Itulah filosofi Sun Tzu favoritnya yang mengilhaminya bahwa kita harus memahami diri kita dan apa pun yang kita hadapi jika kita menang.

Akhirnya Roy lulus dari SLTP Pangudi Luhur dengan Nilai Ujian Murni 24,95 dengan rata-rata 8,3. Tetapi, saat ini dia tidak masuk 10 besar di sekolahnya. Dia benar-benar kecewa dengan pencapaiannya yang sama sekali mengecewakan. Keinginannya untuk menjadi yang terbaik benar-benar tak bisa dicapainya. Bahkan dia tidak bisa memperoleh rata-rata 9 dalam ujian yang menjadi targetnya. Dia bertekad untuk menjadi lebih baik di SMA.

Setelah lulus SMA, Roy bersekolah di SMA Labschool Kebayoran. Tanpa dia duga, dia digolongkan ke dalam Program Percepatan Belajar atau Kelas Akselerasi. Pada fase inilah pertumbuhan psikologisnya dalam fase yang luar biasa pesat. Dia mulai menyadari suatu hal yang sangat esensial dalam hidupnya. Sahabat dan rival. Dia masuk ke dalam kelas di mana teman-temannya adalah orang-orang paling pintar di sekolah itu. Dua belas orang yang dipercaya terbaik di sekolah itu. Komunitas belajarnya yang sangat kecil membuatnya bisa bersahabat dengan sangat baik dengan teman-teman sekelasnya. Mereka sudah seperti saudara. Saat itulah dia benar-benar sadar bahwa persahabatan sangatlah tidak ternilai. ”Friendship is the most valuable treasure in our life”, begitulah filosofinya. Baginya sahabat adalah keluarganya. Dan baginya tak ada yang bisa membeli seorang sahabat sejati. Sahabat yang selalu ada di sampingnya walau apapun yang terjadi. Satu lagi adalah rival. Semua yang ada di kelasnya, baginya adalah rival yang tak tergantikan. Dan dia menyadari bahwa rival bukanlah musuh. Rival adalah sesuatu yang sangat esensial dalam mencapai kesempurnaan diri. Rival adalah lawan bertarung dengan rasa persahabatan, ”My rival is almost the very best friend of mine... Coz, he/she would lead me step by step into a phase which is called GREATNESS…”, itulah arti seorang rival baginya.

Pada fase ini juga dia muali mengalami perkembangan emosional dengan pesat. Dia muali bernai menyatakan pendapatnya dan ketidaksetujuannya. Dia juga sudah mulai menjadi orang yang tidak mudah menyerah. Dia mulai menyadari sebuah potensi yang dimiliki oleh semua manusia. Potensi atau bakat yang jarang manusia itu sadari. Yaitu, potensi untuk berkembang tanpa batas. ”Human could grow stronger and stronger without ani limitations... Unless, the human himself creates his own limitations…”, begitulah pemikirannya. Kalu dia mau, dia bisa berkembang tanpa batas, seperti manusia-manusia yang lainnya. Tak ada batasan bagi kita untuk menjadi lebih kuat.

Pada awal masa SMAnya, Roy mengalami keterpurukan akademis. Nilainya turun drastis. Nilai ulangan umum matematikanya di semester 1 hanyalah 3,33. Dia nyaris didegradasi dari akselerasi. Akan tetapi, semangatnya membuatnya tetap bertahan di kelas itu sampai akhir. Dia mengikrarkan kata-kata ”No Degrades!” kepada semua guru dan teman-temannya. Kata-kata itu adalah sumpahnya agar dia tidak terdegradasi dari kelas itu dan tidak akan membiarkan satupun teman sekelasnya terdegradasi. Dengan sumpah itu, dia berusaha dengan baik-baiknya untuk mengembangkan dan memperbaiki dirinya, serta membantu dan memberi semangat kepada teman-teman sekelasnya. Karena sikapnya yang demikian, para guru menganggapnya sebagai pembakar semangat kelas akselerasi. Dia juga dipercaya oleh orang tua murid teman sekelasnya sebagai pemimpin bagi teman sekelasnya. Dia akhirnya memahami nilai-nilai kepemimpinan. Pada akhirnya, dia berhasil memperbaiki nilainya.

Pada fase ini pula dia semakin menyukai matematika. Dia sudah mencintai matematika. Semakin sulit soal matematika, semakin menyenangkan untuknya. Dia menyukai matematika kerana matematika tidak bergantung pada rumus seperti fisika dan kimia dalam menyelesaikan kasus. Memang pada awalnya nilai matematikanya hanya 66 di rapor. Tetapi, pada akhirnya dia berhasil membalasnya dengan mendapat nilai 88 di semester berikutnya dan selalu mendapat nilai seperti tiu di semester berikutnya.

Pada masa SMA ini, dia pernah gagal diterima menjadi pengurus OSIS kaena nilai fisiknya jelek. Saat itulah dia sadar, bahwa keterbatasan kemampuan fisiknya menghalanginya untuk maju. Dia pun berlatih fisik dengan keras. Setiap hari dia melakukan push up dan sit up serta sering berlatih tread mill. Tubuhnya pun lebih terlatih sekarang. Pada tes seleksi pengurus OSIS, dia berlari 1 km dalam 19 menit. Setelah berlatih keras, dia bisa berlari 800 m dalam waktu kurang dari 4 menit pada saat ujian praktek. Dia puas dengan perkembangannya. Walaupun tubuhnya sangat gemuk, tapi dia memiliki endurance yang hampir menyamai teman-temannya yang bertubuh normal.

Pada fase ini juga dia mulai berani menyampaikan perasaannya ke wanita yang dia sukai. Sebelumnya, dia hanya menyimpan perasaan itu dalam hati, tetapi akhirnya dia mencapai tahap perkembangan emosional di mana akhirnya ia berani mengungkapkan perasaannya. Akan tetapi, pengalaman pertamanya mengungkapkan perasaannya menjadi pengalaman pertamanya ditolak oleh orang yang dia sukai. Hal ini menyebabkan dirinya sempat down untuk beberapa waktu. Uniknya, dia mengungkapkan perasaannya pada wanita itu, hanya beberapa hari sebelum UAN. Tentu saja itu mempengaruhi konsentrasinya di UAN.

Pada fase inilah dia mulai mengorientasikan masa depannya ke arah Ilmu Ekonomi. Ekonomi memang sudah menjadi impiannya sejak kecil. Tetapi, pada masa SMA ini dia sadar bahwa Ekonomi adalah tempat di mana ilmunya dapat digunakan untuk membuat orang lain bahagia. Ekonomi adalah sesuatu yang menguasai negara. Tanpa perekonomian yang baik, negara takkan pernah maju, kemiskinan tetap akan selalu ada. Karena itulah ia memilih ekonomi. Agar bisa selangkah lebih dekat untuk membantu orang lain. Dia ingin membangun Indonesia dengan Ilmu Ekonomi. Selain itu, Ilmu Ekonomi adalah tempat yang tepat untuk menyalurkan kesukaannya terhadap matematika. Matematika dalam Ilmu Ekonomi adalah matematika yang bisa langsung diterapkan di masyarakat jika suatu saat nanti dia menjadi seorang ekonom, tidak seperti matematika IPA yang abstrak dan tidak bisa langsung diterapkan secara nyata. Karena itulah dia memilih Ilmu Ekonomi sebagai tujuannya berikutnya.

Roy akhirnya lulus dari SMA Labschool Kebayoran dalam 2 tahun. Dia mendapat Nilai Ujian Murni sebesar 27,33 dengan rata-rata 9,11. Hal ini cukup menggembirakan baginya. Karena dia menempati urutan keempat di kelasnya yang dianggap kumpulan orang-prang terbaik. Akan tetapi, dia kecewa pada pencapaian nilai UAS Fisikanya yang sangat buruk karena hanya mendapat nilai 5. Karena itu, dia terus bertekad menjadi lebih baik.

Setelah lulus SMA, Roy mengikuti latihan intensif untuk SPMB demi meraih mimpinya diterima FEUI. Dia pun berlatih dengan keras hanya untuk FEUI. Jika dia tidak diterima di FEUI Departemen Ilmu Ekonomi, dia tidak akan masuk ke universitas mana pun. Pilihan pertamanya di SPMB adalah Ilmu Ekonomi UI. Satu bulan penuh dia jalani latihan itu untuk meraih masa depannya.

Sehari sebelum ujian, dia mengalami demam hingga 38,7°C. Tubuhnya lemas hingga hampir tak bisa bergerak. Dan kepalanya pusing dan berat sekali. Orang tuanya tidak tahu kondisi kesehatan anaknya. Demi meraih mimpinya, kau tahu apa yang dia lakukan? Dia push up hampir seratus kali dengan kondisi tubuh seperti itu untuk menurunkan demamnya. Dia tidak mau hal itu menghambat mimpinya, Dia tidak mau mengecewakan orang tuanya hanya dengan demam 38,7°C. Apapun yang terjadi dia harus ikut SPMB. Now or Never. Sampai saat ini, tak ada yang athu kondisi tubuhnya sehari sebelum ujian.

Akhirnya dia pun pegi SPMB. Pada ujian hari pertama, yaitu tes kemampuan dasar, Roy mampu mengerjakan 73 dari 75 soal ujian dengan penuh keyakinan. Pada hari kedua, dia mampu mengerjakan 68 dari 75 soal tes IPA dan 70 dari 75 soal tes IPS dengan penuh keyakinan.

Kemudian pada tanggal 4 Agustus 2006, Roy membuka website http://www.spmb.com/ tepat pada jam 23.59 WIB dan mengetikkan nomor ujian SPMBnya 3062103037. Pada saat dia menekan ENTER, muncullah...

Hari ini, 9 Desember 2006, dia sedang menulis cerita ini sebagai tugas Mata Kuliah Pengantar Bisnis di FEUI. Dia mendapat banyak sekali sahabat-sahabat baru di FEUI, khususnya teman-temannya di IE’06. Dia telah menginjakkan kakinya selangkah lebih dekat menuju impiannya. Dan dia pun semakin dewasa saat ini.
Roy sadar sebagai produk yang disebut manusia, dia belum mencapai suatu standar sebagai produk yang berkualitas. Jika dia tetap seperti ini, di pasar yang disebut kehidupan, dia tidak akan bisa bertahan lama menghadapi mekanisme pasar kehidupan. Karena itulah, saat ini dia bertekad untuk mengembangkan dirinya tanpa batas dan menjadi yang terbaik dari yang terbaik yang pernah ada di muka bumi ini. ”Kalau orang lain bisa, kenapa aku tidak?”

Eoy memiliki sebuah filosofi hidup yang menjadi tujuan hidupnya di masa depan. ”To prove my existence”. Membuktikan keberadaanku. Baginya, hidup kita di dunia bukanlah sekedar menunggu kereta menuju stasiun berikutnya. Harus ada sesuatu yang kita sumbangkan bagi dunia ini sebelum kita meninggalkan stasiun yang disebut kehidupan.

Jika kita tidak menyumbangkan apa-apa bagi dunia ini, pada saat nanti kita harus meninggal, kita akan meninggal dalam arti yang sebenarnya. Takkan ada orang yang mengingat kita. Takkan ada yang peduli pada kita. Tetapi, jika kita menymbangkan sesuatu bagi dunia ini, membuktikan keberadaan kita, saat nanti kita meninggal, kita tidak akan benar-benar meninggal. Sebab, ingatan orang akan kita akan tetap ada selamanya. Nama kita akan dikenang selamanya. Kita kan hidup di sunia ini selamanya dalam hati setiap manusia. Itulah yang disebut sebagai The Philosophy of True Eternity, filosofi keabadian sejati, yang Roy buat. Akan tetapi ada sau filosofi yang mendasari tindakannya meraih ciat-citanya itu. ”Proving our existence is easy... The hardest part is proving our existence without taking other’s chances to prove their exisence.”

Selain membuktikan keberadaannya, Roy ingin membuat dunia ini menjadi seorang ekonom yang handal. Dia ingin ahli dalam bidang moneter. Sebab, moneter adalah suatu bidang dalam ilmu ekonomi yang menyangkut kebijakan suatu negara atas perekonomian negara itu. Kebijakan moneter akan mempengaruhi kesejahteraan rakyat. Karena itulah, baginya moneter adalah bidang yang paling dekat untuk mennyelamatkan negeri ini dari kehancuran.

Roy bercta-cita, suatu saat nanti setelah dia lulus dari FEUI, dia ingin menjadi pegawai Bank Indonesia. Mengasah kemampuannya dan mencari ilmu setinggi-tingginya di lembaga terkeras di Indonesia adalah suatu pembukaan, tahap awal dalam mencapai semua mimpinya. Dia akan memulai segalanya di sana. Bank Indonesia adalah tempat yang dapat mengembangkan dirinya, baik dari segi kecerdasan intelektual, emosional maupun sosial.

Impiannya terakhirnya di BI adalah menjadi Gubernur Bank Indonesia. Jika dia sudah mencapai tahap itu, saat itulah puncak karirnya di suatu lembaga seperti Bank Indonesia. Jika suatu saat dia melepaskan jabatannya itu, dia tidak akan masuk ke lembaga-lembaga seperti bank atau perusahaan-perusahaan lainnya. Dia ingin menjadi akademisi dan peneliti. Menurunkan semua ilmunya yang telah ia peroleh dari masa kerjanya yang panjang kepada para penerusnya, yaitu para mahasiswa. Ya! Dia ingin menjadi Dosen di FEUI. Dengan begitu dia bisa menurunkan ilmunya agar ilmunya tidak musnah dari muka bumi ini jika suatu saat nanti dia harus pergi dari dunia ini.

Dengan segala kemampuan yang dia peroleh sebagai paktisi, dia ingin melakukan penelitian. Menjadi seorang ekonom peneliti. Hingga suatu saat nanti, dia bisa menciptakan sebuah hukum ilmu ekonomi yang diakui dunia. Menciptakan hukum seperti ilmuwan-ilmuwan ekonomi lainnya. Sebuah hukum yang dapat membuat dunia menjadi lebih baik dengan ekonomi. Sebuah hukum yang jika diterapkan dapat menibulkan senyum bagi orang banyal. Hukum yang ingin dia namakan THE LAW OF WIRAPATI.

Jika hal itu tercapai, tuntas sudahlah semua tujuan hidup Roy. Dia telah memperoleh semua yang dia inginkan. Dia telah mencapai sesuatu yang disebut Supremacy dan Greatness. Tak ada lagi yang perlu dia sesali. Dia telah berhasil sebagai produk yang disebut manusia. Memperoleh sesuatu yang menjadi puncak pencapaian suatu produk, yaitu adalah brand image. Saat berbicara ekonomi, semua orang akan menyebut produk yang bernama Bagu Arya Wirapati. Itulah brand image. Dia dapat meninggalkan dunia ini dengan damai. Sebab, dia telah menymbangkan sesuatu yang berguna bagi dunia ini. Dia akan siap menemui akhir dari takdirnya, yaitu kematian.

”Humans will always searching for their destinies... Until they fine the very last of their destinies… Which is DEATH…”
-…Bagus Arya Wirapati-


PERHATIAN!!!Kisah di atas adalah kisah nyata, bukan fiktif belaka. Nama, kejadian, tempat dan impian yang ingin dicapai Roy benar-benar ada tanpa mengada-ada.